Indoensia Tanah Airku

Saturday 19 April 2014

Runtuh dalam harap tiada arti ( 20/04/2014)

Jangan pernah pikirkan apa yang kurasakan malam ini..
Andai hujan bisa ku ajak berbincang, akan ku pertanyakan tentang hidup dalam rasa tentang apa yang kalian cari dan kalian rasakan….

Seringku bertanya pada diriku sendri ..!!!!
Kenapa aku ini…?
Apakah ini jalankun…?
Apakah ini takdriku…?
Apakah mereka hanya berpandangan pada paras dan materi masa depan..?
Apakah mereka tiadak tau mana yang kata dan harpan yang layak dibrikan…?
Apakah mereka tidak tau mana yang bakalan tersedihkan dan terhancurkan…?
Apakah mereka hanya mempermainkanku,yang mana aku salah telah berharap lebih…?

Jujur kali ini aku curhat tentang apa yang kurasakan malam ini,malam yang bagiku awal yang indah,malam yang bakalan aku buat tema di sosmed itu “#tema:menyingkap tabir “  ya ,kurrang lebih begitulah rencanku setelah sampain di rumah,tapi apa yang terjadi setelah begitu lamanya jarum jam berputar
Rencana,harapan,keadaan dan rasa berubah dengan spontannya berubah jadi tangis dalam senyum..

Aku bingung dengan rasa ini,aku memang bodoh,goblog,tolol,stress yang berharap lebih akan seseuatu hal yang kupikir hanyalah harapan sia sia..

Sebuah pertemuan adalah anugrah dari yang kuasa,,tapi kali ini aku benar benar tiada bisa tidur,lelapku habis krna memikirkan tentang apa yang terjadi di malam ini 
aku harus kuat aku tak boleh menyilang dari apa yang kukatakan,dari apa yang ku sampaiikan,dari apa yang ku berikan pada ia,pada semua orang tentang apa itu  hidup, tentang apa itu ketulusan itu….
Ya allah biarlah hanya aku yang memiliki harapan kelabu ini…tak usah kau rasakan pada orang mukmin lainnya
Andai ia yakin  tentang keikhlasan dan takdir kedapnmu untuk hamba hambamu,tapi ya sudahlah aku MENYERAH ya allah,aku pasrah biarlah malam ini malam kelabuku,malam resahku,malam hancur harapanku,malam menyingkap tabir sesungguhnya,malam yang dimana malam pertama yang membuat ku tiada bisa pindah ke malam mimpimu.
Ya allah…!!!!!
Aku memang mencintainya,akun memang mengaguminya,tapi kali ini aku sadar bahwa cinta awal memang sulit dihilangkan walau belum sepenuhnya dirasakan olehnya…Biarlah ia mengejar apa yang ia kejar,aku hanya bisa berdo’a dalam senyum yang berisi tangisan.
Aku merasa memang ta pantas memang tiada pantas di kagumi apa lagi tuk di cintai J
Jika ini jalanmu akanku yang selalu pahit dalam cinta akan ku terima dan ku jadikan sebagai pelajaran berharga..
Terima kasih ya allah atas malam ini,,
Terima kasih  "???????????" atas rasa yang telah engkau berikan ini,sungguh akan ku jadikan pelajaran bagiku.
Tersenyumlah terus J ,hilangkan pikiran yang tiada guna,pilihlah jalan yang benar dalm bergaul,raihlah citacitamu,,jaga ahlakmu,gapailai  tujuan hidupmu…cobalah tersenyum kala hati menangis ….aku menyerah jika kau terus berharap pada apa yang ada dalam pikirmu.

Smoga engkau berhasil,,,Amin J


Salam 20 April 2014  ( 00 : 40 ) J

Thursday 17 April 2014

Jangan Melangkah Setengah Hati

Namanya Abu Qais. Berasal dari Bani Waqif, sebuah kampung di madinah. Ia bahkan kepala suku itu. Tidak ada yang istimewa dari Abu Qais, juga Bani Waqif, kecuali justeru ialah satunya-satunya qabilah yang menolak Islam, ketika Mus’ab bin Umair mengubah Yathrib menjadi kampung Muslim yang terang benderang. Ketika kemudian tidak ada rumah pun kecuali di dalamnya ada muslim atau muslimah.
Bila Abu Qais tak kunjung menerima Islam, itu bukan kerana ia tak mengerti. Abu Qais tidak saja kepala suku yang pintar.. Ia juga penyair ulung, tokoh yang disegani, dan penganut ‘agama’ hanifiyah, sebuah keyakinan kepada ‘keaslian kemanusiaan’ yang lurus. Keyakinan itu pula bahkan, yang menjadikannya menolak menjadi Yahudi atau Nasrani. Tetapi itu pula yang membuatnya tak segera mau menerima Islam. Di dalam dirinya ada bimbang, juga kehendak setengah hati untuk menerima Islam. Baginya, menjadi oranghanifiyyun dirasa sudah cukup. Ia lantas mengumandangkan beberapa bait syair:
manusia sangat perlu
pada banyak hal yang
kesulitan mampu luluh di sekitarnya
manusia sangat perlu
pada sesuatu yang
bila tersesat ia menunjuki ke jalan yang baik
kalaulah tidak kerana Tuhan kita, kita telah menjadi Yahudi
kalaulah tidak kerana Tuhan kita, kita telah menjadi Nasrani
bersama para rahib di gunung-gunung yang tinggi
tetapi kita dicipta ketika dicipta,
agama kita adalah kemanusiaan yang lurus
Syair ini justeru menggambarkan betapa ia tidak berupaya begitu saja menerima Islam. Ia merasa cukup dengan apa yang selama ini diyakini. Menjadi orang ‘baik-baik saja’. Sudah begitu, dalang kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul terus mempengaruhinya untuk tidak menerima Islam. Hingga keraguan semakin memenuhi isi hatinya
Hari-hari terus berlalu. Bahkan ketika kota Makkah ditaklukkan Rasulullah, Abu Qais masih setengah hati untuk mau menerima Islam. Sampai akhirnya, ia berjanji akan masuk Islam tahun berikutnya. Tetapi apakan daya, satu bulan kemudian, ia meninggal, menemui ajal yang tak pernah ia sangka bila datangnya.
Ini kisah tentang keputusan setengah hati yang membawa bencana. Bagaimana tidak? Adakah bencana yang lebih bencana, dari mati tidak sebagai muslim? Adakah bencana yang lebih mengerikan, dari menolak cahaya Islam yang sudah ada di pelupuk mata? Adakah yang lebih bencana, dari ragu menerima ajakan Rasul, padahal penghulu teragung itu hidup satu zaman, satu masa, dan satu tanah air?
Sebuah keputusan adalah nasib. Ia mengambil peranannya pada wilayah ikhtiar kemanusiaan kita. Kita menetapkan, dan kerananya kita meniti kemantapan. Kita berbuat, dan kerananya kita akan menuai hasil. Kita menanam, dan kerananya kita akan memetik.
Pada sebahagian besar keputusan kita, ada implikasi yang sangat serius. Implikasi bahagia atau sengsara, pahit atau manis, bahkan, syurga atau neraka. Itulah implikasi nasib kita. Terlebih keputusan yang berhubungan dengan puncak segala urusan; iman kepada kebenaran Islam. Sesuatu yang akan menjadi bekal utama seseorang untuk menghadap Allah kelak di hari akhirat.
Kerananya, hidup tidak memberi ruang yang istimewa bagi segala keputusan yang setengah hati. Tidak saja kerana ia dapat mengundang bencana, tetapi waktu yang berlalu tak mungkin diputar ke depan. Sebuah keputusan masa lalu yang kini menjadi hitam-putih nasib kita, tak akan dapat memutar ulang versi revisinya.
Juga kerana waktu berjalan begitu cepat, ia tak memberi tempat untuk segala keputusan setengah hati kita. Keputusan setengah hati adalah perjalanan yang terhenti kerana tertinggal kenderaan. Keputusan setengah hati adalah bangun dan menguap saat matahari telah meninggi. Terlampau banyak yang telah lewat dan berlalu tanpa kita sadari. Seperti Abu Qais yang begitu saja melewatkan masa-masa terbaik dari seluruh zaman yang ada di bumi. Ia mencuba menunda keislamannya satu tahun mendatang. Ia masih ragu. Sebenarnya, kapasiti intelektualnya sangat memadai untuk mencerna, memahami dan mengerti bahwa apa yang dibawa oleh Rasulullah s.a.w. adalah benar. Tetapi ia hanya melengkapi ’semacam tradisi’ orang-orang pintar, yang selalu setengah hati untuk memutuskan mengambil jalan kebaikan. Justeru kerana bermain dengan perdebatan ilmiah, atau kerana pengaruh lingkungan, pengaruh orang-orang tertentu, atau dengan alasan menjaga martabat, semuanya menjadikan keputusan untuk meniti jalan yang baik hanya kehendak setengah hati.
Romantika dengan jati diri masa lalu juga memberi sumbangan bagi sebuah keputusan yang setengah hati. Setiap orang punya kebiasaan masa lalunya, yang mungkin sudah mendarah dan mendaging dalam dirinya. Dari soal kebiasaan, etika, bahkan keyakinan, yang bertahun-tahun dijalani, hingga segala sesuatunya telah berlubuk dalam cita rasa dan perilaku dirinya.
Seperti Abu Qais yang punya masa lalu sebagai orang hanifiyyun, orang yang tulus dengan ‘mazhab kemanusiaan’. Sebuah pandangan yang sebenarnya terwarnai oleh sisa-sisa peninggalan agama nabi Ibrahim. Tidak mudah baginya untuk mengubah jati dirinya. Padahal menjadi baik secara kemanusiaan saja belum cukup. Harus ada afiliasi ideologis. Harus ada ‘tanda agama’ pada segala tindak tanduk setiap orang.
Sebuah kesempatan untuk kita mengubah diri, kadang tidak datang dua kali. Kerananya keputusan setengah hati pada momentum yang sangat istimewa -seperti dalam contoh Abu Qais- itu adalah perjudian dengan kerugian yang sudah pasti. Adalah mengadu nasib dengan kekalahan yang sudah pasti. Tidak saja kerana kesempatan tidak selalu datang berulang, juga kerana keputusan itu berpacu dengan kematian yang dapat menjenguk bila-bila waktu saja. Seperti satu tahun menunda menjadi Islam, yang diputuskan Abu Qais, mungkin dianggapnya tidak lama. Tetapi itu sangat terlalu lama untuk sebuah kematian. Kerana ternyata, kematian hanya memberi sela waktu satu bulan, sebuah jangka yang tak pernah ia mengerti.
Apa yang ada di sekitar kita harus menjadi bahan yang memadai untuk membantu kita memutuskan segala kepentingan hidup kita. Terlebih bila dalam urusan agama. Orang yang yakin, tetapi salah, jauh lebih mampu bersikap ketimbang orang-orang yang setengah hati. Sebab orang yang yakin tetapi salah, akan secepatnya belajar, mengevaluasi diri, lalu mencari jalan yang benar, lalu ia jalani yang lebih baik itu juga dengan keyakinan yang kuat. Sementara orang-orang yang hidup dengan setengah hati, hanya akan banyak membuang waktu. Berlari dari kebimbangan yang satu ke kebimbangan yang lain.
Sebuah keputusan adalah nasib. Tidak saja dalam pengertian ideologi, tapi juga untuk banyak urusan hidup duniawi. Setiap kita punya titian hidup yang berbeza. Punya momentum penting yang berbeza. Punya kesempatan emas yang berbeza. Tetapi segalanya bertumpu pada satu hal: keputusan sepenuh hati untuk bertindak, dengan keyakinan yang benar, pada waktu yang tepat, dan dengan perhitungan yang cermat. Ini memang tidak mudah. Tetapi, untuk kepentingan apapun -terlebih untuk meniti jalan hidup keislaman- tidak ada waktu dan tempat untuk sebuah keputusan yang setengah hati. Kita harus mencuba. Kerana tak ada pilihan lagi selain itu. Wallahu’alam


(Sumber :http://nurjeehan.wordpress.com/)

Jangan Salah Pilih Teman

Manusia adalah makhlus sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, tapi dia hidup secara bersama atau bermasyarakat. Mengapa demikian, karena manusia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan dan urusanya sendiri, sehebat dan setangguh apapun manusia, pasti memerlukan uluran bantuan orang lain, ketika manusia sakit, dia membutuhkan dokter untuk membantu mengobatinya, ketika manusia ingin belajar, dia membutuhkan seorang pembimbing (guru) untuk mengajarinya, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, interaksi (bergaul) sesama manusia sangat diperlukan agar terjalin hubungan yang harmonis diantara mereka, sekalipun demikian aspek bergaul yaitu memilih teman benar-benar harus diperhatikan, karena sekali salah dalam menentukan pillhan, maka akibatnya pun akan fatal.
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang berprilaku buruk, sebaliknya manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan teman yang memiliki perangai baik.
Mengenai dampak pergaulan Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
 حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا أَبُو بُرْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا بُرْدَةَ بْنَ أَبِي مُوسَى عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Telah menceritakan kepadaku Mūsa bin Ismail, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid, telah menceritakan kepada kami Abû Burdah bin Abdullah dia berkata : Aku mendengar Abû Burdah bin Abi Mûsa dari ayahnya ra berkata, Rasulullah saw bersabda :Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari )
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya (4/2026), terdapat pula dalam Shahih Ibnu Hibban (2/320) dan terdapat dalam kitab Kanzul amal fî sunan al-Aqwal wa al-Af’al (9/44). Menurut Su’aib al-Arnauth sanad hadis ini Shahih berdasarkan kriteria Bukhari dan Muslim, Nashiruddin al-Albani juga mengatakan bahwa hadis ini tergolong hadis Shahih sehingga bisa dijadikan hujjah (Silsilah al-Ahadis ash-Shohihah 7/26)
Mengenai makna hadis ini, Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan : “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”( Fathul Bāri 4/324). Abu Hatim ar-Raziy juga berkomentar , bahwa hadis ini adalah dalil untuk memilih teman yang baik dalam hal yang berkaitan dengan agama. Menurut Imam an-Nawawiy Hadits ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.” (Syarh Shahih Muslim 4/227). Dari makna hadis dan komentar para ulama’ diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Islam sangat menganjurkan kita untuk selektif dalam memilih teman bergaul dan lebih menekankan untuk memilih teman yang memberikan dampak positif dan manfaat bagi agama maupun dunia.
Perilaku seseorang bisa dilihat dari temannya
Salah satu alat ukur yang bisa digunakan untuk menjast (memastikan) baik dan buruk perilaku seseorang adalah dari teman bergaulnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ فُورَكٍ رَحِمَهُ اللهُ , ثنا عَبْدُ اللهِ بْنُ جَعْفَرٍ الْأَصْبَهَانِيُّ , ثنا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ , ثنا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ , ثنا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ , أَخْبَرَنِي مُوسَى بْنُ وَرْدَانَ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ “
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Muhammad bin Hasan bin Fûrak ra, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja’far al-Asbahaniy, telah menceritakan kepada kami Yûnus bin Jayyib, telah mencertikan kepada kami Abu Dāwud ath-Thoyalisi, telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Muhammad, telah mengkhabarkan kepadaku Mûsa bin Wardān dari Abî Hurairah berkata : Rasulullah saw bersabda Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. at-Turmudzi)
Hadis ini juga disebutkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (12/44) nomor. 8990. Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad (4/299), terdapat pula dalam Mu’jam Ibnu Asākir (2/241). Imam Turmudzi menilai hadis ini adalah hadis hasan gharib, an-Nawawiy memberikan komentar bahwa sanad hadis ini shahih, Nashiruddin al-Albani menshahihkan hadis ini (Misykātul Mashabih. 3/87). Menurut Ibnu Taimiyah hadis ini tergolong hadis hasan sehingga bisa dijadikan hujjah (al-Imān li Ibni Taimiyah. Hlm,55). Sabda Rasulullah saw di atas memperkuat anjuran pentingnya menentukan teman bergaul Oleh karena selektif dalam memilih teman sangat dibutuhkan dalam hal ini agar hal-hal yang tidak diinginkan dan penyesalan di masa depan tidak akan terjadi. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt :
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
“ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan:27-29)
Ayat ini menjadi gambaran dan renungan yang jelas bagi diri kita, betapa tidak bergunanya penyesalan di akhirat, hanya karena salah dalam memilih teman bergaul.
Akhlak yang mulia adalah ukuran keimanan
Ketika kita hendak memilih seseorang menjadi teman kita, secara umum, kita harus memilih teman yang benar-benar memberikan manfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat – sebagaimana perkataan Ibnu Hajr dan an-Nawawiy- , terlepas dari keumuman hal tersebut ada kriteria penting (urgen) yang harus dimiliki teman tersebut, yaitu akhlak yang terpuji (mulia) karena akhak adalah cerminan dan tolak ukur keimanan seseorang, secara dhahir (eksplisit) keimanan seseorang dapat dilihat dari akhlak (tabi’at)nya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun sosial. Rasulullah saw menegaskan hal ini dalam sabdanya :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: « أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ».
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hambal, telah menceritakan kepada kami yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari abu Hurairah berkata : Rasulullah saw bersabda : ” Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah orang mu’min yang paling baik akhlaknya diantara mereka” ( HR. Imam Ahmad )
Hadis ini juga diriwayatkan ole hath-Thahawiy dalam Syarhu Musykil Atsar (11/260), al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (1/128), Sunan al-Kubra (10/192), ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath (4/356), Abu Dāwud dalam Sunannya (4/354), at-Turmudzi dalam Sunannya (3/466), ad-Dārimiy dalam Sunannya (2/415) dan Ibnu Hibban dalam Shohihnya (2/227). Menurut Syu’aib al-Arnauth dalam Shahih Ibnu Hibban sanad hadis ini hasan, Nashiruddin al-Albani menshahihkan hadis ini (Silsilah ash-Shohihah . 2/378) dan Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hadis ini memenuhi standar shahih jadi bisa dijadikan hujjah (al-Imān li Ibni Taimiyah. Hlm,132).
Jika dilihat dari sudut sejarah, ternyata salah satu faktor diutusnya Rasulullah saw adalah berkenaan dengan masalah akhlak, yang ketika itu penduduk (masyarakat) Arab memiliki perangai (akhlak) yang buruk, bahkan bisa dikatakan bejat tak bermoral, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw :
 حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْقَعْقَاعِ بْنِ حُكَيمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عن أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ.
“Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Mansûr berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ajlan dari al-Qa’qai bin Hukaim dari Abi Shālih dari Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah saw bersadda : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (HR. Ahmad dan ditashih oleh Baihaqi menurut syarat Muslim).
Kesimpulan
Inti (natijah) dari semua apa yang telah dipaparkan diatas adalah anjuran untuk selektif dalam memilih teman bergaul, karena besarnya efek dari pergaulan itu, jika salah dalam memilih, maka fatal pula akibatnya dan penyesalan tiada gunanya, oleh karena itu Islam sangat menganjurkan kita untuk selektif dalam memilih teman, sebisa mungkin pilihlah teman yang banyak memberikan manfaat dari pada teman yang memberikan madharat (keburukan). Karena orang yang memiliki sifat buruk dapat mendatangkan bahaya bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan dari segala aspek bagi orang yang bergaul bersamanya. Sungguh betapa banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik mereka sadari maupun tidak.
Wallahu ‘alam bi ash-shawab.



(Sumber : http://persada.uad.ac.id )

Raih Cita-Citamu Maka Cinta Akan Mengikuti

Masih ingat dengan filosofi cinta di Strategi Sukses Bercinta? Ya, cinta itu seperti bayangan, semakin dikejar malah semakin lari. Kalau  gak percaya, silakan buktikan sendiri sampai kelelahan dan kehabisan tenaga. Tetapi jika anda berhenti dan pergi sesukanya, anda pasti akan diikutinya.                                                                              So, tidak bolehkah mencintai dan mengejar cinta seseorang? Mmm, tentu saja boleh, asalkan anda tidak memfokuskan hidup dan kebahagiaan anda hanya pada orang tersebut. Apa yang terjadi jika kita mulai memusatkan hidup dan kebahagiaan pada seseorang? Yang terjadi adalah kebahagiaan itu akan rusak dan timpang. Aneh bukan???

Demikianlah adanya, karena untuk berhasil mendapatkan cinta dan kasih sayang dari seseorang, anda harus bisa hidup bahagia tanpa ada cinta dan kasih sayangnya. Hubungan yang membahagiakan jarang terjadi dari hubungan dua orang yang tidak bahagia. Hubungan yang membahagiakan hanya akan timbul dari dua orang yang bahagia. Apa maksudnya?

Maksudnya adalah kesempatan untuk mendapatkan cinta berasal dari memburu tujuan pribadi dan berusaha mendapatkan sebanyak mungkin kepuasan dan kebahagiaan pribadi. Bila ini dilakukan, cinta akan menyertai dengan sendirinya.

Coba anda lihat disekeliling anda, dari TV, majalah atau internet. Betapa banyak orang (gadis-gadis abg) yang mengidolakan dan rela menjadi kekasih dari bintang sepakbola misalnya. Sadar atau tidak, umumnya kita menginginkan seseorang yang punya cita-cita dan menonjol di suatu bidang, meskipun tanpa kita. Jika anda berharap menjadi menarik bagi seseorang, anda pun harus menentukan arah dan cita-cita anda mulai saat ini.

Berperan lebih aktiflah dalam hidup ini, kenali cita-cita dan segera ambil langkah-langkah untuk meraihnya. Tentukan apa yang di inginkan. Mimpilah yang hebat, uraikan dengan langkah-langkah kecil sehingga ada yang dilakukan untuk tahap berikutnya. Tanyai diri sendiri, apa sebenarnya yang ingin diselesaikan dalam waktu dekat ini? Apa yang ingin diraih? Yakinkanlah cita-cita itu dapat diraih dengan usaha sendiri. Jangan tergantung pada pertolongan orang lain. Cita-cita anda, cuma andalah yang bisa melaksanakannya.

Terkadang cita-cita perlu untuk dituliskan sebagai catatan, itu akan membuatnya jadi nyata. Catatan itu akan sangat membantu dalam prosesnya agar tidak keluar jalur dan memantau kemajuannya.  Tentukan cita-cita yang akan dilaksanakan terlebih dulu. Berikan batas waktu untuk meraihnya. Rincilah cita-cita jangka panjang menjadi cita-cita harian. Jadikan cita-cita itu sebagai tugas-tugas harian yang wajib dilakukan.

Menentukan cita-cita dan merencanakan langkah-langkahnya merupakan proses yang sangat penting untuk hidup bahagia dan sukses. Lakukanlah! Pada akhirnya, anda akan menemukan cara untuk memenangkan orang yang anda inginkan.


(Sumber :http://urichorney.wordpress.com/)

Tuesday 15 April 2014

Antara Perkotaan & Pedesaan

A.MASYARAKAT PERKOTAAN, ASPEK-ASPEK POSITIF DAN NEGATIF
 1.Pengertian masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Istilah masyarakat disebut pula sistem sosial. Untuk pemahaman lebih luas tentang pengertian masyarakat sebaiknya kita kemukakan beberapa definisi masyarakat sebagai berikut:
>Selo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
>Menurut J.L. Gilin dan J.P. Gilin, Masyarakat adalah kelompok yang tersebar dengan perasaan persatuan yang sama.
>Max Weber menjelaskan pengertian masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
>Menurut sosiolog Emile Durkheim, masyarakat adalah suatu kenyataan objektif
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
>Karl Marx berpendapat bahwa Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.
>Masyarakat menurut M.J. Herskovits adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
>Koentjaraningrat (1994) menjabarkan definisi masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
>Ralph Linton (1968), masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

2.Syarat-syarat terbentuknya Masyarakat

> Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama
> Merupakan satu kesatuan
> Merupakan suatu sistem hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkankebudayaan dimana setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya

3.Penegrtian Masyarakat perkotaan

a.   Pengertian Masyarakat perkotaan
Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli berikut ini.
i.Wirth
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
ii.Max Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
iii.Dwigth Sanderson
Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut  Kota, karena memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistik. Marilah sekarang kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri  :
a).   Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b).   Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
c).   Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
d).   Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima  berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e).   Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
4.Ciri-ciri type masyarakat Perkotaan 
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
  1. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
  2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
  3. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
  4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
  5. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
  6. Perubahan-perubahan tampak nyata  dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

5.  Perbedaan antara desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat PedesaanMasyarakat Kota
>Perilaku homogen
>Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan  >Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
>Isolasi sosial, sehingga statik
Kesatuan dan keutuhan kultural
Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
>Kolektivisme
>Perilaku heterogen
>Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
>Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
>Mobilitas sosial, sehingga dinamik
Kebauran dan diversifikasi kultural
Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular  >Individualisme
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan  sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
1)    jumlah dan kepadatan penduduk
2)    lingkungan hidup
3)    mata pencaharian
4)    corak kehidupan sosial
5)    stratifiksi sosial
6)    mobilitas sosial
7)    pola interaksi sosial
8)    solidaritas sosial
9)    kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional
B. HUBUNGAN DESA DAN KOTA
1.  Hubungan antara Desa dan kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti: (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
a). Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota  yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
b)    Sebab-sebab Urbanisasi
1.)   Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya(Push factors)
2.)   Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors)
Hal – hal yang termasuk push factor antara lain :
a.    Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
b.    Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
c.    Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
d.    Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e.    Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
Hal – hal yang termasuk pull factor antara lain :
a.    Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota  banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan
b.    Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
c.    Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d.    Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e.    Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).
2.Aspek positif dan negatif Masyarakat perkotaan
A.    Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
-          Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
-          Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja.
-          Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan dan telekomunikasi.
-          Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
-          Penyempurnaan : Untuk fasilitas keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk itu semua , maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan :
a)    Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota . Untuk itu maka pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya .
b)    Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat , agar tidak disusul dengan masalah lainnya.
c)    Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru.
d)    Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya .
B.    Fungsi Eksternal
Fungsi eksternal dari kota yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalm kerangka wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik secara regional maupun nasional.
3.   Unsur lingkungan perkotaan
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang membentuk stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan setidaknya mengandung 5 unsur yang meliputi :
  1. Wisma : unsure ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsure wisma ini menghadapkan
>dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk untu masa mendatang
>memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan
  1. Karya : unsure ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsure ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
  2. Marga : unsure ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
  3. Suka : unsure ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
  4. Penyempurna : unsure ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
4.Fungsi external kota
Fungsi eksternal kota:
  1. Pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintahan wilayah tertentu
  2. Pusat dan orientasi kehidupan social budaya suatu wilayah lebih luas
  3. Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor :
>       Produksi barang dan jasa
>       Terminal dan distribusi barang dan jasa.
4.    Simpul komunikasi regional/global
5.    Satuan fisik-infrastruktural yang terkail dengan arus regional/global.
C.MASYARAKAT PEDESAAN
1.Pengertian pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H. Landis desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a) mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c) Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim,   keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
2.Ciri –ciri masyarakat desa
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
3.Macam- macam pekerjaan gotong royong masyarakat pedesaan
- kerja bakti
- gotong-royong memperbaiki jembatan atau jalan raya
4.Sifat dan hakikat masyarakat pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai sifat yang kaku tapi sangatlah ramah. Biasanya
adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang membuat masyarakat pedesaan masih kaku, tetapi asalkan tidak melanggar hukum adat dan kepercayaan maka masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang ramah.
Pada hakikatnya masyarakat pedesaan adalah masyarakat pendukung seperti sebagai petani yang menyiapkan bahan pangan, sebagai PRT atau pekerjaan yang biasanya hanya bersifat pendukung tapi terlepas dari itu masyarakat pedesaan banyak juga yang sudah berpikir maju dan keluar dari hakikat itu.
5.Sistem budaya petani Indonesia
- Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup
- Mereka menganggap alam itu tidak menakutkan jika terjadi bencana
- Dalam menghadapi alam mereka cukup bekerja sama
6.Unsur-unsur Desa
1. Daerah, dalam arti tanah-tanah dalam hal geografis.
2. Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat
3. Tata Kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan antar warga desa.
ketiga unsur ini tidak lepas antar satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri melainkan merupakan satu kesatuan.
7.Fungsi Desa
fungsi desa adalah:
1. desa yang merupakan hinterland atau daerah dukung berfungsi sebagai suatu daerah pemberian bahan makanan pokok.
2. desa ditinjau dari sudut pemberian ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja yang tidak kecil artinya.
3. desa dari segi kegiatan kerja desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan, dll
D.PERBEDAAN MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN
1.Perbedaan antara Masyarakat pedesaan dan Masyarakat perkotaan
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan.
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.
  1. Sederhana
  2. Mudah curiga
  3. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
  4. Mempunyai sifat kekeluargaan
  5. Lugas atau berbicara apa adanya
  6. Tertutup dalam hal keuangan mereka
  7. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
  8. Menghargai orang lain
  9. Demokratis dan religius
  10. Jika berjanji, akan selalu diingat
Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.
Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
1. kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
2.  orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain
3. di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan politik dan agama dan sebagainya.
4. jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
5. interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.
Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke pedesaan untuk mencari ketenangan, sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka.

(Sumber : https://taufikhidayah21.wordpress.com)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes